Sering Ucapkan Minal Aidin Walfaizin? Yuk Cari Tahu Maknanya!

Momentum lebaran menjadi kesempatan bagi umat manusia, khususnya yang beragama Islam, untuk saling memaafkan satu sama lain. Salah satu ungkapan yang sangat familiar yang menghiasi pendengaran kita pra dan pasca perayaan Hari Raya Idul Fitri adalah Minal aidzin wal faaidizin. Lalu sebenarnya apa makna literal dan pragmatikal dari ungkapan bahasa Arab yang terkesan sangat “sakral” tersebut? Dan bagaimana konteks penggunaannya yang tepat?

Menurut Syarif Hidayat, dosen bahasa dan Linguistik di UPA, penggunaan kata minaal aidizn wal faidizin seringkali dimaksudkan untuk mendoakan supaya seluruh amalan ibadah kita khususnya selama bulan ramadhan dimaqbulkan oleh Tuhan YME. Atau, kalimat tersebut menjadi stereotipe untuk permohonan meminta maaf dari segala dosa dan khilaf.

“Sebagai contoh, “mumpung masih suasana lebaran mas bro, minal aidzin wal faaidzin ya”. Atau, momentum di hari pertama masuk kantor setelah lebaran. Misalkan, seorang teman kantor saya tadi pagi menyapa “Mas, kapan balik datang dari kampung? Minal aidzin waal faaidzin ya”,” jelas Syarif.

Padahal, berdasarkan sejarah, penggunaan ungkapan tersebut bukanlah merupakan budaya Arab. Karena pada zaman Rasulullah orang Arab ketika menjelang dan sesaat setelah perayaan Idul Fitri mengucapkan “taqobbalallahu minna waminkum,shiyamana wa shiyamakum”, bukan minaal aidizn wal faaidzin.

Dikutip dari kamus Bahasa Arab-Indonesia Mutarjim, secara literal kata minal berarti dari; aidzin berasal dari kata Aid yeng berarti kembali; sedangkan faaidizin berasal dari kata fawz yang berarti kemenangan. Sehingga, faaidizn secara bahasa diartikan orang yang memperoleh kemenangan.

Secara pragmatikal, ungkapan tersebut kemudian diartikan sebagai ungkapan yang berarti semoga kita semua kembali dalam keadaan suci dan fitrah setelah melewati dan melaksanakan amalan kebaikan di bulan suci Ramadhan.

Dalam konteks dan lingkungan yang berbahasa Inggris, ungkapan dengan makna yang serupa sering kali diucapkan oleh bule dengan kata “All forgiveness to you, may God almighty gives you happiness”, atau ungkapan “ Happy Eid Mubarak Syarif. May the blessing of Allah keep your mind and soul peaceful and joyful”, sebagaimana seorang teman bule saya mengirimkan pesan singkat ke saya di hari lebaran kemarin.

Sehingga untuk konteks budaya Indonesia, ulama kita menganjurkan menggunakan kalimat taqobalallahu mina waminkum siyamana wa siyamakum, ditambah dengan ja’alnallahu minal aidin wal faizin yang artinya semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang kembali (suci) dan menjadi bagian dari orang-orang yang menang karena telah melewati ramadhan yang penuh cobaan.

Jadi kalimat minal aidin wal faizin adalah bagian dari do’a yang bermuatan spiritual dan sosial untuk memohon ampunan kepada Allah SWT; dan juga permohonan maaf dari sesama manusia.

“Olehnya itu, menjadi tradisi bagi kami segenap civitas akademika Universitas Patria Artha untuk saling memaafkan satu sama lain dengan ucapan taqobalallahu mina waminkum siyamana wa siyamakum, ja’alnallahu minal aidin wal faizin, baik melalui pesan singkat via WA, short text, ataupuan ketika cipika-cipiki di hari pertama masuk kantor hari ini. Let’s stay united and excellent as a team,” katanya. (NUU)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *