Pelajari Perawat Udara di UPA, Prakteknya di Garuda Indonesia

Mahasiswa prodi Perwat Udara belajar di Garuda Indonesia

Antusiasme Mahasiswa UPA mengikuti Praktik FlightNurse

Flight Nurse (FN) atau perawat udara  telah menjadi program unggulan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Patria Artha (UPA).

Prodi Keperawatan yang fokus keilmuan perawat udara secara teori tapi mementingkan praktek lapangan sebagai momen untuk mengaplikasikan keilmuan.

Tidak tanggung-tanggung, pihak UPA mengatur nahasiswa langsung prakter di dapur perusahaan pesawat penerbangan kenamaan seperti Garuda Indonesia

MENINDAKLANJUTI surat keputusan bersama antara Kepala Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA) Saryanto Nomor MOU/4/X/2014, Ketua Yayasan Universitas Patria Artha (UPA) Nomor Kep. 169/YPA/X/2014, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan Indonesia (PERDOSPI) Nomor MOU/I/X/2014, Ketua Himpunan Perawat Udara Indonesia (HIPERUDI) Nomor Perjanjian 01/HIPERUDI/X/2014, Universitas Patria Artha telah mengintegrasikan program Flight Nurse (FN) dalam kurikulum pendidikan Progam Studi S1 Ilmu Keperawatan sejak semester genap Tahun Ajaran 2014/2015.

Program Flight Nurse (FN) kemudian diimplementasikan melalui perkuliahan, praktik, dan kunjungan.

Perkuliahan ini dilakukan untuk memberikan dasar teori kepada seluruh mahasiswa tentang prinsip dasar pada keperawatan penerbangan yang diajarkan langsung oleh para pemateri yang pakar di bidangnya.

Proses pembelajaran dilakukan secara simultan sebelum mahasiswa melakukan praktik dan kunjungan.

Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada para peserta FN (mahasiswa) agar dapat mengaplikasikan teori yang telah didapatkan pada proses pembelajaran di ruang perkuliahan.

Mahasiswa akan melakukan simulasi langsung melalui kunjungan ke beberapa tempat terkait, seperti Pusdiklat Garuda Indonesia, Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA) Saryanto-Jakarta, dan praktik terbang layang di Lanud Suryadharma, Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Garuda Indonesia atau yang disebut Garuda Indonesia Training Centre merupakan pusat pendidikan dan pelatihan berstandard internasional.

Pusdiklat didirikan Garuda Indonesia sejak tanggal 1 November 1986 untuk mendidik para kabin terpilih, teknisi, juga para pilot.

Kunjungan ke Pusdiklat Garuda Indonesia dilakukan untuk mendapatkan penjelasan tentang peran Flight Nursepada setiap agenda penerbangan, langsung dari trainer PT. Garuda Indonesia.  Prinsip melayani dan memberikan rasa aman kepada penumpang, menjadi salah satu landasan pentingnya peran Flight Nurse.

Selain itu, peserta FN akan mengobservasi langsung sarana dan prasarana yang tersedia. Seperti mock up interior pesawat, dan simulator pesawat.

Mock up interior pesawat merupakan ruang praktik untuk para pramugari/pramugara Garuda Indonesia. Di sinilah peserta FN mendapatkan penjelasan dan gambaran tentang bagaimana memberikan keamanan kepada penumpang jika terjadi kegawatdaruratan pada saat penerbangan berlangsung, terutama pada penerbangan komersial.

Adapun kolam renang untuk wet drill digunakan untuk pelatihan flight safety. Para peserta FN akan menyaksikan langsung bagaimana para awak kabin mengamankan para penumpang jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan yang mengharuskan pesawat harus landing di air (contoh: laut).

Kunjungan lain dilakukan di LAKESPRA Saryanto-Jakarta. Lakespra adalah Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa Dinas Kesehatan TNI AU yang menjadi pusat indoktrinasi serta latihan Aerofisiologi sejak tahun 1967.

Aerofisiologi merupakan suatu bidang pengetahuan untuk mengetahui syarat penerbangan sebenarnya.

Peserta FN akan melakukan simulasi dengan menggunakan sejumlah alat untuk menguji kesiapan fisik terhadap sejumlah pengaruh dari gaya gravitasi.

Diantaranya adalah Basic Orientation Trainer, Night Vision Trainer, Human Centrifuge, Ejection Set, Hypobariclaltitude Chamber (ruangan yang dapat disimulasikan pada suatu ketinggian untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menghadapi ketinggian dengan tekanan dan suhu yang semakin rendah dan kadar oksigen yang berbeda).

Bentuk pelatihan lain yang dilakukan oleh mahasiswa FN adalah Helicopter Underwater Escape Training. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan simulasi langsung kepada mahasiswa tentang pendaratan darurat helikopter di air.

Mahasiswa akan mengetahui bagaimana bersikap saat menghadapi helikopter jatuh, teknik untuk dapat keluar dari helikopter yang tenggelam, serta pengenalan teknik bertahan hidup di air.

Simulasi ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan dalam melakukan penanggulangan penderita gawat darurat pra rumah sakit di tempat kejadian serta penanggulangan penderita selama dibawah melalui pengangkutan udara.

Pada program FN angkatan ke-3, kunjungan dan praktik diikuti oleh 73 mahasiswa dan 4 dosen pendamping, tepatnya pada April 2017 lalu.

Para mahasiswa terlihat sangat antusias dalam menerima materi dan melakukan simulasi kegiatan tersebut. Risna, salah satu mahasiswa menunjukkan apresiasi yang cukup besar. “Praktik FN ini sangat berkesan, karena menjadi pengalaman pertama buat kami.

Tentu ini sangat bermanfaat dan memberikan wawasan baru. Amazing!,” ungkapnya. “Dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa bisa lebih paham lagi mengenai apa itu flight nurse. Program ini sangat banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman terhadap dunia kerja yang akan dihadapi ke depan,” tambah Syahrul, mahasiswa yang juga ikut dalam program ini.

Ns. A. Saputri Mulyana, M. Kep., Ka. Prodi S1 Ilmu Keperawatan UPA yang juga ikut terlibat pada kunjungan dan praktik tersebut menyatakan bahwa adanya kegiatan praktik dan kunjungan ini, diharapkan agar mahasiswa dapat lebih memahami dan mampu mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan selama mengikuti perkuliahan dalam program Flight Nurse (FN).

Pemahaman ini merupakan hal mendasar khususnya sebagai perawat dalam mengemban tugas memberikan pelayanan pada masyarakat, baik di darat dan khususnya dalam penerbangan. Tugas tersebut misal dengan melakukan pendampingan kepada pasien yang menggunakan transportasi udara, termasuk saat mengawal jamaah haji dan umrah. Adanya orang sakit dalam pesawat terbang memerlukan penanganan yang tepat untuk memberikan kenyamanan yang maksimal bagi pasien dan meminimalkan timbulnya gangguan bagi penumpang lain. Dengan demikian, pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dapat tercapai maksimal melalui pemberian pelayanan secara holistik (bio-psiko-sosio-spiritual). Tentu dengan tetap mengacu pada standar profesional dan etika keperawatan (NAN).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *